Rabu, 18 April 2012

BUDAYA KEADILAN MENJADI SUATU YANG LANGKA DI JAMAN SEKARANG


“Mengapa jaman sekarang sangat sulit untuk mendapatkan sebuah keadilan yang benar-benar adil?”

Pertanyaan itulah yang menjadi tanda tanya besar dihati saya hingga saat ini. Memang tidak dapat dipungkiri  lagi bahwa Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduknya sudah sering mengalami berbagai macam krisis. Krisis BBM misalnya, krisis ini telah sukses membuat yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Setelah itu krisis air bersih yang membuat jumlah anak kurang gizi kian bertambah setiap tahunnya. Bagaimana tidak!? Mereka minum dari air sungai yang juga dipakai sebagian orang untuk mencuci dan buang air. Menjijikkan memang. Namun itulah realitanya, air yang seharusnya mampu didapatkan secara cuma-cuma malah menjadi sesuatu yang amat sangat mahal dikalangan masyarakat kurang mampu. Namun, bukan hanya krisis BBM dan krisis air bersih saja yang sering dialami oleh rakyat Indonesia, tapi kini krisis keadilan pun mulai merajalela.

Yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan, itulah potret keadilan di Indonesia. Apakah itu yang mereka sebut keadilan? Menjadi sangat ironis ketika mereka mengelu-elukan bahwa Indonesia adalah negara yang bernaung di bawah hukum yang adil dan segala sesuatu sudah diatur oleh hukum. Lalu mengapa seringkali keadilan menjadi sesuatu yang amat komersial. Tak ada uang tak ada keadilan. Kemana sebenarnya keadilan itu? Apakah keadilan masih betah bersembunyi dibalik uang hasil korup para pejabat di negeri ini? Kemudian, apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkan kembali keadilan itu? Ingin berdemo, kami justru dianggap sebagai generasi pembangkang dan krisis moral. Mengadu pada wakil rakyat? Bagaimana caranya? Mengirim email? Jangankan email pribadi, situs resmi saja tak ada.Bukannya saya ingin menyudutkan posisi para wakil rakyat ataupun aparat pemerintah lainnya. Saya hanya ingin mengajak mereka untuk sedikit menengok ke bawah, melirik sejenak mereka yang berjuang mati-matian demi sebuah keadilan, tanpa uang dan hanya bermodalkan tekad demi menegakkan keadilan dinegeri yang kaya akan problematika ini. Maka dari itu, marilah kita saling bekerja sama dalam menegakkan kembali tonggak keadilan demi kesejahteraan bersama. Karena suatu perkara/masalah takkan bisa selesai jika hanya satu pihak yang bertindak .
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mungkin itu mimpi yang hingga sekarang belum terealisasikan. Salah satu sila didalam pancasila yang bermakna keadilan yang merata untuk semua kalangan di dalam masyarakat Indonesia.
Akan tetapi, mimpi hanyalah tinggal mimpi. Perebutan kekuasaan begitu terlihat, saling tikam dan saling membunuh demi kepentingan pribadi sudah bukan menjadi rahasia umum. “Yang kuat menindas yang lemah”, itulah prinsip pada jaman sekarang.
Keadilan sama sekali tidak merata, para pejabat diberikan pelayanan yang sangat memuaskan, mengunakan fasilitas kelas satu, dan ketika berpergian mereka menggunakan mobil kelas satu pula dengan begitu banyak pengawal yang mengiringinya. Akan tetapi rakyat kelas bawah ditindas, kemiskinan dimana-mana, pendidikan sebagai ajang pencari keuntungan, buruh pabrik hanya menjadi mesin hidup, upah petani dibayar murah, dan usaha kecil “gulung tikar” akibat perdangan bebas.
Lalu kenapa ini dapat terjadi? Dilihat dari sejarah polemik-polemik yang terjadi memang sejak dulu, akan tetapi mulai era Dinasti Soekarno perebutan kekuasaan ini bertambah. Kebijakan-kebijakan yang otoriter membuat hutang indonesia semakin membengkak. Suara-suara dibungkam disana sini. Sekali bersuara melawan pemerintah ditangkap, diculik, bahkan dibunuh.
Hingga sekarang. Walaupun era Soekarno sudah berganti sifat-sifat buruk seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme terus berkembang, bahkan lebih parah. Perdagangan bebas antara Cina dan Asia yang sebenarnya bisa ditunda disahkan secara sepihak. Padahal, pengusaha kecil dan menengah belum siap menghadapi perdagangan bebas.
Pertarungan antara partai-partai besar kian memanas. Saling fitnah, dan menjatuhkan demi kepentingan partai bukan lagi rahasia umum. Korupsi tidak lagi terjadi dikalangan saja, akan tetapi sudah mulai masuk ke kalangan pejabat terkecil seperti RT.
Sebenarnya kekacauan ini dapat dihilangkan jika setiap individu tidak mementingkan nasibnya sendiri. Koruptor harus diberikan hukuman yang berat, jika perlu diberikan hukuman mati. Ketegasan yang pro rakyat harus diwujudkan. Rakyat harus bergerak bersama untuk memajukan bangsa. Pendidikan harus diutamakan, bukan menjadi lahan mencari uang. Dan Pancasila yang katanya ideologi asli Indonesia haruslah ditegakan.

KESIMPULAN :
Menurut saya kita harus melihat diri kita sendiri sebelum kita menilai orang lain kalau dari diri kita sendiri saja udah tidak adil bagaimana nantinya. Anak muda sekarang ini adalah untuk masa depan di negeri kita ini . yang paling saya inginkan itu adalah hukum di Indonesia ini harus lebih di keras kan/ di tegaskan lagi . kalau bisa orang yang memakan uang rakyat (koruptor) itu harus di hukum mati karena seorang koruptor itu lebih keji kerjaannya dari pada maling . karena koruptor tidak hanya mengambil uang 1 orang rakyat saja dia mengambil semua uang rakyat. Orang-orang Di negeri kita ini  seperti koruptor sudah di butakan oleh uang. Semua orang pasti ingin di negeri kita ini semakin maju tetapi kalau orang kita hanya bisanya koruptor saja bagaimana bisa maju.

SARAN :
Saran saya, saya ingin HUKUM di negeri saya yang saya cintai ini di perketat/ di tegaskan lagi dan tidak bisa di bayar oleh uang.

SUMBER :

Budaya Gaya Pacaran Anak Muda Jaman Sekarang



Pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Ada juga yang bilang bahwa pacaran adalah proses kita menjadi lebih dewasa dimana kita bisa berbagi pengalaman dan kasih sayang.

Seorang anak mulai mengenal pacaran ketika mereka mulai memasuki masa puber, dimana terjadi perubahan pola pikir dari anak-anak menuju dewasa yang disebabkan oleh perubahan hormon, yang disertai dengan berubahnya bentuk fisik si anak tersebut, biasanya terjadi ketika si anak mulai memasuki jenjang pendidikan ke SMP.


Pacaran jaman dulu identik sekali dengan surat-menyurat. Seseorang akan merasa sangat bahagia ketika mereka mendapat surat yang diantarkan oleh pak pos untuk dirinya dari pacar yang dikasihinya. Seorang lelaki biasanya akan main kerumah pacarnya untuk sekedar ngobrol berdua, atau mengajak pergi jalan-jalan mencari suasana romantis, dan dunia pun serasa milik mereka berdua.

Tapi seiring berjalannya waktu, dan akibat kemajuan teknologi yang semakin canggih, gaya pacaran semacam itu sudah jarang sekali kita temukan, semisal surat-munyurat dari seseorang ke pacarnya. Kemajuan teknologi memang berpengaruh besar terhadap perubahan jaman, termasuk perubahan gaya pacaran anak muda jaman sekarang.

Surat-menyurat yang dulu sangat pupuler, sekarang digantikan oleh perangkat handphone. Hanya dengan sms atau telepon, seseorang bisa langsung bertukar kabar dengan pacar yang berada dilokasi jauh sekalipun, atau hanya dengan chating lewat internet, seseorang bisa ngobrol tanpa batas walaupun hanya lewat tulisan.

Tapi perkembangan teknologi bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi bermanfaat karena lebih memudahkan mereka dalam berhubungan, di sisi lain juga bisa berdampak buruk pada kita. Dengan teknologi yang sangat canggih itu, dunia serasa kecil. Bisa dibilang kita bisa menjelajahi dunia hanya dalam satu waktu, bisa mendapat informasi di dunia manapun tanpa ada batasnya, sehingga itu juga bisa mengubah kebiasaan manusia. Karena pengaruh budaya luar negeri yang terbilang bebas, kita seolah mengikuti budaya itu.

Gaya pacaran jaman sekarang juga sudah terbilang sangat bebas. Seolah-olah mereka mencontoh gaya pacaran orang luar yang tak mengenal etika. Ada beberapa pemahaman salah tentang pacaran anak muda jaman sekarang.

1. Gak punya pacar berarti gak laku.
2. Belum dinamakan pacaran kalau belum bernah berciuman "mesra".
3. Seorang cewek tidak benar-benar cinta kalau gak mau diajak "ML" oleh cowoknya.


Pemahaman itu seakan sudah menjadi kiblat bagi anak muda jaman sekarang dalam berpacaran. Banyak sekali kita temui anak sekolah mojok sepulang sekolah atau anak muda yang pacaran di tempat umum sambil berciuman mesra, kadang si cowok sambil meraba-raba tubuh si cewek. Kadang di tempat umum mereka merasa risih atau tidak aman dan nyaman karena tempatnya yang terlalu terbuka. Ibarat "nggak ada rotan akar pun jadi", nggak ada tempat aman buat bermesraan, diwarnet pun sekarang juga menjadi tempat aman bagi mereka untuk bermesraan. Bahkan nggak cuman berciuman, mereka juga berani melakukan lebih dari itu.

Sekarang banyak sekali perempuan hamil diluar nikah, dan itupun sudah dianggap biasa di Indonesia ini yang notabene adalah negara dengan budaya timurnya yang terkenal beretika dan ber-Ketuhanan.

Untuk menjauhkan kita dari gaya pacaran yang salah tadi, setidaknya kita mesti tahu batasan-batasan kita dalam berpacaran. Tidak hanya itu, ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang pacar yang baik.

1. Lebih takut sama Tuhan dari pada manusia, jadi siapapun yang mau menjadi pacarmu akan menghormatimu dan tak mempermainkanmu.
2. Dorong pacarmu untuk lebih dekat dengan Tuhan.
3. Sayangi keluarga pacarmu seperti kamu menyayangi keluargamu sendiri.
4. Dukunglah apa yang dikerjakannya sepanjang bukan hal yang negatif.
5. Jangan berpikir berapa banyak yang bisa dia berikan padamu, tapi berpikirlah berapa banyak yang bisa kuberikan padanya.(Yang positif tentunya)

Oleh karena itu, sebelum pacaran kita harus berkomitmen dan berjanji pada diri sendiri bahwa pacaran itu bukan hanya untuk main-main atau mengikuti tren, tapi karena memang kita ingin mengenal pasangan lebih dalam lagi sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.
KESIMPULAN : Menurut saya agar kita tidak terjerumus ke cara pacaran anak muda jaman sekarang kita harus mecari pacar yang soleh atau pun yang kuat agamanya agar tidak terjadi yang tidak di inginkan. Karna semua yang di lakukan jaman sekarang itu hanya kenikmatan sesaat dan bisa menghancurkan masa depan pacarnya itu sendiri.
SARAN : Untuk anak muda jaman sekarang terutama untuk para wanita kejar lah cita-cita anda terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan apa lagi di jaman sekarang ini.
 
SUMBER :

BUDAYA SAMPAH DAN BANJIR


Bagi sebagian orang, sampah adalah benda yang mengganggu. Keberadaanya mengusik orang-orang. Terlebih jika sampah itu menggunung dan berserakan ditempat umum. Parahnya, kita akan merasa lebih  sebal ketika banjir datang membawa sampah-sampah didalamnya.
Dampak membuang sampah sembarangan selain banjir :
·         polusi udara dimana2 dan mengganggu masyarakat
·         lingkungan jadi kotor gk enak diliat
·         Banyak penyakit ( apalagi yang dibuang hewan yang sudah mati)
·         sampah yang bertumpuk akan mengeluarkan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Perihal sampah, tetap menjadi polemik dimasyarakat. Satu sisi banyak larangan untuk tidak membuang sampah sembarangan tapi sisi lain banyak yang membuang sampah sembarangan meski, sudah banyak sosialisasi tentang dampak dari sampah.
Ironinya, banyak dari kita justru ‘mengomel’ bila banjir yang datang bersama sampah menimbulkan penyakit. Padahal, sampah itu berasal dari kita yang telah membuang sampah sembarangan.
Potret dilapangan, mudah bagi kita untuk membuang sampah sembarangan, entah itu bungkus permen, bungkus rokok, bungkus snack, puntung rokok, dan lain-lain. Padahal, jarak dari seseorang berdiri dengan tempat sampah tidaklah jauh.
Yang ditakutkan adalah, perihal membuang sampah sembarangan telah menjadi budaya didalam masyarakat kita. Alhasil, sampah akan terus menghiasi tempat-tempat umum.
Meski telah diberlakukan peraturan tentang sampah, adanya sosialisasi untuk tidak membuang sampah sembrangan, dan papan reklame serta semcamnya yang berisi larangan untuk tidak membuang sampah sembarangan, masyarakat kita tetap saja ‘bebal’ dengan hal itu.
Mengentengkan masalah sampah justru memperparah keadaan. Hasilnya, ketika penyakit bermunculan akibat sampah, kita hanya menyalahkan pemerintah, orang lain, dan lain-lain. Parahnya, kita menyalahkan alam.
Padahal, alam dengan kasih sayangnya memberikan stimulus kepada manusia agar menjaga dan melestarikan alam. Contoh kecilnya adalah tidak membuang sampah sembarangan.
Tapi. budaya membuang sampah sembarangan bisa dihentikan. Dengan apa? Dengan cara merubah kebiasaan kita untuk membuang sampah ditempatnya. Terlebih didaerah aliran sungai.
Meski dalam hal ini pemerintah ikut bertanggung jawab. Tapi, masyarakat juga ikut bertanggung jawab masalah sampah ini, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan.
Maka, koordinasi antara setiap elemen masyarakat dan pemerintah diharapkan muncul. Guna mempercepat perubahan kebiasan suka membuang sampah sembarangan.
Oleh karenanya, mari kita melestarikan alam dengan cara membuang sampah ditempatnya. Memang hal kecil, tapi besar dampaknya bila diabaikan.
Mari cintai lingkungan kita dan ciptakan budaya bersih dan tidak membuang sampah sembarangan.

KESIMPULAN : Menurut saya agar menjadi bangsa yang maju kita harus merubah kebiasaan yang kecil terlebih dahulu seperti membuang sampah pada tempatnya . semua kebiasaan itu bisa kita rubah dengan mengintropeksi diri kita sendiri terlebih dahulu dengan mengubah kebiasaan membuang sampah sembarangan setidaknya kita sudah mengurangi polusi udara dan banjir.

SARAN : Kita tidak boleh membuang sampah sembarangan agar tidak terjadi banjir,polusi udara dan menjaga keindahan di negeri kita tercinta ini.

SUMBER :

Budaya Anak Sekolah Gaul, “Nge-Gank, Nongkrong, dan Bisingkan Knalpot Motor”


Jika Malam minggu datang, sepanjang jalan Otista dan sekitarnya, komplek ALun-Alun dan mesjid agung Tasikmalaya selalu dipenuhi berbagai group tongkrongan berbagai jenis dan merk motor. Samping kiri kanan jalan berjejer motor, sementara trotoarnya dipenuhi dengan para remaja yang rata-rata usia sekolah, SMP dan mayoritas SMA, laki-laki perempuan campur baur. Bahkan ada terselip juga anak-anak SD dengan tongkrongan sepeda BMX nya. Jalur itu ramainya bukan main, karena disela-selanya pedagang berbagai jajanan juga ikut mengadu peruntungan. Jika kita membawa kendaraan roda 4 ke arah itu pasti merayap perlahan, karena padatnya jalur jalan tersebut.
Saya sempat berfikir, gejala apa ini sebenarnya. Kota kecilku menjadi tempat pajangan motor begini. Yang paling meresahkan adalah, bahwa jika malam kian larut, group motor tersebut berkonvoi keliling kota. Mereka meraung-raungkan suara bising knalpotnya yang sudah di variasi. Beberapa tawuran antar gank motor maupun penyerangan gank motor terhadap perkampungan warga kerap terjadi, dan sempat memakan korban jiwa dan luka-luka. Aparat tinggal aparat, meski disiagakan pasukan dalmas di dekat pos tugu Adipura, namun rentetan kejadian memilukan dan meresahkan warga itu terus saja terjadi.
Inilah sepertinya gaya hidup remaja yang juga rata-rata anak sekolahan zaman sekarang. Mereka, karena berbagai serbuan budaya modernisme, tersedianya sokongan ekonomi keluarga, sementara perhatian keluarga yang kurang karena kesibukan ibu bapaknya bekerja, ditambah lagi derasnya perkembangan teknologi, karenanya mereka memiliki kesempatan untuk dapat berkomunikasi dengan Handphone, internet, dan perangkat media sosial lainnya. Mereka mudah berhimpun diri dalam sebuah ikatan kelompok, saling mengidentifikasi diri, saling curhat dan mencari pelarian bersama karena suasana broken home nya di keluarga.
Mereka senang bergerombol, mulai belajar merokok, berpakaian dan bergaya rambut yang aneh-aneh, memakai tindik di telinga, hidung, bibir bahkan lidah. Lebih jauhnya lagi mereka mulai coba-coba miras oplosan, narkoba, seks bebas dll, Itulah gaya yang menurut mereka dianggap sebagai sebuah model dan gaya hidup yang keren. Yang mencerminkan anak muda yang gaul dan funky.
Gaya hidup nge-gank, nongkrong bergerombol, berkonvoi kendaraan dengan raungan bising knalpot, seakan sudah menjadi trend umum di semua darah. Baik Kota-kota besar maupun pinggirannya. Sangatlah jauh berbeda, keadaan remaja kini dengan sepuluh tahun yang lalu misalnya, kalau dulu mesjid dan tempat mengaji masih dipenuhi oleh para remaja, usia sekolah SMP maupun SMA masih mau menuntut ilmu agama di malam hari, melalui majlis taklim di pesnatren, madrasah atau mesjid di dekat tempat tinggalnya. Kini perkembangan modernisme yang sedemikian pesat, derasnya arus pengaruh budaya barat, bejibunnya pusat-pusat perbelanjaan, mall dan supermarket, karaoke dan pusat keramaian publik lainnya, telah menyihir mereka untuk lebih banyak di dunia arus budaya pop dibandingkan melatih dan belajar diri dengan berbagai bekal keilmuan dan attitude masa depan.
Pesatnya teknologi, telah membuat para remaja dan anak-anak sekolah kita tercerabut dari dunia genuinitasnya sebagai anak bangsa. Facebook, twitter, gameonline, tayangan di televisi telah menyihir mereka menjadi anak muda dan remaja yang teralienasi dari keluhuran budaya orang tuanya. Sekolah seakan hanya berperan mencerdaskan intelektualnya semata, sementara moral, mental dan kecerdasan emosional serta spiritualnya tak tersentuh dengan baik. Kita lebih bangga dengan teori pengajaran dibanding dengan pendidikan. Mengajar membuat mereka pintar, tapi mendidik membuat mereka benar.
Selain itu, orang tua juga berperan melahirkan situasa kegagapan budaya seperti itu bagi anak-anak muda, mereka cenderung melupakan peran mendidiknya sebagai seorang ibu ataupun ayah bagi anak-anaknya. Mereka sekan berfikir bahwa tugas utamanya mencari nafkah, menyediakan kebutuhan ekonomi bagi anak-anaknya. Sementara perannya dalam berkomunikasi di rumah tidak mampu dilaksanakan secara maksimal. Mereka susah berperan sebagai pendengar yang baik, dari keluh kesah dan curhat anak-anaknya, mereka pembicara yang baik yang mengeluarkan banyak perintah dan larangan bagi anak-anaknya. Tanpa sentuhan ketulusan cinta dan kasih.
Anak Sekolah sekarang, gak gaul gak funky, gak nongkrong gak asyik, gak bisingkan knalpot motor nggak keren. gak nyoba narkoba, ndeso, nggak ngelakuin seks bebas, ketinggalan zaman. Apakah remaja tua kayak kita-kita ini, dan para orang tuanya akan diam membisu sajja? SEPERTINYA SEMUA KOMPONEN HARUS MELAKUKAN SESUATU. Pemerintah, aparat, orang tua, tokoh agama, praktisi pendidikan, Tak bolah diam, sama sekali.!
KESIMPULAN : menurut saya yang harus turun tangan/bertindak untuk merubah kebiasaan anak jaman sekarang yaitu orang tuanya sendiri. Karna kalau dari kecil dia sudah di ajarin kebiasaan mengikuti tata tertib dan mengikuti agama dengan baik maka dia tidak akan seperti anak jaman sekarang.
SARAN : buat para orang tua ajari lah anakmu dari kecil dengan agama yang kamu anut itu agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.
SUMBER :

Budaya Kekerasan Terhadap Anak Dibungkus Budaya


Seorang ibu yang menjewer telinga anaknya agar mau mandi dianggap wajar, padahal tindakan itu berupa kekerasan fisik. Guru membentak-bentak murid agar mau duduk manis dan mendengarkan, terjadi di mana pun dan itu dianggap wajar. Padahal guru telah melakukan kekerasan emosional. Bahkan kekerasan kepada anak sering "dibungkus" dengan alasan budaya. Misalnya, "Anak-anak di sini harus dipukul secara fisik agar disiplin karena budaya kita keras".

Di tengah masih derasnya arus kekerasan seperti itu, diperlukan pendekatan baru, yakni penting menempuh pendekatan kelembutan terhadap anak. Dan salah satu tempat paling besar peluangnya untuk melakukan kelembutan terhadap anak adalah sekolah. Maka, sebaiknya dikembangkan apa yang disebut sekolah ramah anak (SRA). Kunci utama pembuka kemungkinan SRA tentu guru dan jalan menuju SRA yang harus ditempuh guru memang sulit, tetapi dapat dicoba.

Seperti yang disampaikan Drs. Max Halundaka, Kepala Dinas Pendidikan Kota Kupang, saat dihubungi TIMORense pertelpon mengatakan, kegiatan sekolah Ramah Anak di Kota Kupang ini, terbagi dalam 5 rayon, yang mana dengan criteria-kriteria yang ada sudah ditetapkan di 5 rayon tersebut sebanyak 20 sekolah dasar, sebagai Sekolah Ramah Anak.

Sementara itu, Robby Ndun, S.Pd, MM, Kepala Bidang Pendindikan Dasar, Dinas Pendidikan Kota Kupang selaku penanggungjawab operasional kegiatan Sekolah Ramah Anak di wilayah Kota Kupang, saat di temui TIMORense di ruang kerjanya mengatakan, Pemerintah bercita-cita mengembangkan sistem pendidikan yang menyediakan akses pendidikan yang ramah (SD) dan bermanfaat bagi semua anak. Usia resmi bagi anak-anak untuk dapat mengikuti pendidikan dasar adalah 6 tahun. Akan tetapi, pendidikan di tingkat dasar ini belum sepenuhnya menyediakan situasi dan kondisi belajar yang nyaman dan ramah bagi anak.

Konsep sekolah ramah anak ini menurut Ndun, didasarkan pada konvensi hak anak yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia. Ini menciptakan antusiasme baru bagi perbaikan sistem pendidikan. Indonesia telah mengenal dan menangani gagasan-gagasan seperti sekolah peduli, pendidikan holistis, pendidikan bermanfaat, yang semuanya memasukkan aspek-aspek dari konsep sekolah ramah anak. Ia mengharapkan, melalui kegiatan Sekolah Ramah Anak ini, selain dapat mengurangi angka kekerasan terhadap anak di sekolah, juga dapat menciptakan pendidikan yang berbasis pada hak anak untuk memperoleh pendidikan dengan nyaman dan ramah.

Karena itu, menurutnya, guru hendaknya memberi tahu (dan mengajak siswa) tentang pentingnya gerakan antikekerasan di sekolah. Sekecil apa pun tindak kekerasan terhadap siswa harus didiskusikan dan dicari penyelesaiannya. Laporan adanya tindak kekerasan juga perlu diakomodasi cepat dan jangan dibiarkan/tertunda sampai hari berikut. Langkah lebih lanjut yang menurut Ndun perlu dilakukan pihak sekolah adalah melibatkan siswa menyusun peraturan sekolah atau mendaftar perilaku yang baik yang harus ditunjukkan, baik oleh guru maupun siswa, setiap saat. Melibatkan siswa membuat rambu-rambu atau aturan pasti akan membuahkan hal yang amat mengejutkan bagi banyak guru. "Selama ini aturan sekolah disusun hanya oleh sekolah (kepala sekolah dan guru), padahal seharusnya dibuat oleh siswa sendiri berikut sanksinya. Semakin sering sekolah mendatangkan pihak kepolisian pasti berdampak baik karena siswa dapat semakin akrab dengan polisi sehingga berani melaporkan jika terjadi kekerasan apa pun," ujar Ndun seraya menambahkan, pihak orangtua (komite sekolah) dapat memfasilitasi hal-hal seperti mendatangkan masyarakat dan mengundang aparat pemerintah setempat untuk memberikan perhatian kepada sekolah.

Sementara itu, Yeheskiel Saba, SE, selaku penanggungjawab keuangan kegiatan Sekolah Ramah Anak di Kota Kupang, mengatakan, kegiatan ini bekerja sama dengan UNICEF NTT. Dalam kegiatan yang didanai oleh UNICEF NTT ini, dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, misalnya sosialisasi ke sekolah tentang kekerasan terhadap anak dan seminar. Singkatnya, Sekolah Ramah Anak ini, amat mudah dan murah dilaksanakan di semua sekolah di mana pun berada, tetapi hasilnya akan amat mengagumkan ketika kita menyaksikan (kelak) tidak ada lagi kekerasan terhadap anak-anak oleh siapa pun.

KESIMPULAN : Menurut saya sekolah ramah anak(SRA) itu baik untuk jaman sekarang karna di jaman sekarang ini sudah banyak kekerasan yang tidak memandang siapa korbannya itu . apa lagi sekarang Cuma masalah gara-gara ekonomi aja ibu berani membunuh diri sendiri dan mengajak anaknya juga yang masih belum mengerti apa-apa.
SARAN : untuk pemerintah cobalah di kembangkan sekolah ramah anak (SRA) tersebut agar masa depan anak bangsa kita itu lebih cerah untuk memajukan negri yang kita cintai ini.

SUMBER :